5. New Moon (2009)
Kenapa New Moon dianggap yang terburuk dari semua film Twilight? Well, dari mana filmnya berasal, novel kedua Twilight,
kerap dianggap novel yang palng lemah di antara empat serinya. Isinya
melulu rasa galau Bella yang merana karena ditinggal Edward entah
kemana. Ayo, kamu juga lelah 'kan waktu membacanya dulu? Ulasan filmnya
di majalah Teen menyebut “terselip kekecewaan” pada film ini. New Moon bukan seri pertama Twilight, tapi kenapa oh, kenapa Stewart dan Pattinson belum mampu juga memperlihatkan chemistry
cinta yang begitu hebat dan rasa sakit yang sangat dalam karena
karakter yang mereka perankan berpisah berbulan-bulan? Stewart nggak
banyak membantu dalam membagun emosi depresi dan rasa kehilangan Bella.
Di film kedua Twilight ini, Stewart dikatakan belum menghayati karakter Bella sepenuhnya.
4. Twilight (2008)
Film pertama Twilight
sebetulnya lebih dikesankan sebagai film perkenalan pada kisahnya.
Skenario yang ditulis Melissa Rosenberg tergolong setia pada cerita
aslinya. Meski beberapa hal diringkas, sentuhan romantisnya tidak
hilang. Kita diminta membiasakan diri melihat vampir romantis berwajah
pucat. Saking romantisnya, tabloid ini menulis wakitu itu, adegan
pergulatan yang berlangsung seru malah terlihat biasa-biasa saja.
Hehehe... Meski begitu, tulis kami, Catherine Hardwicke pandai
menerjemahkan ke dalam layar. Penonton bisa merasakan cinta Bella
terhadap Edward, demikian pula sebaliknya. Ya, siapa yang tak merasakan
aura romantisme saat melihat Bella dan Edward bercengkrama di atas dahan
pohon yang tinggi. Tak pelak, Hardwicke telah menciptakan pondasi dari
sebuah franchise yang di kemudian hari bernilai miliaran dollar AS.
3. Breaking Dawn – Part 1 (2011)
Sejak
diumumkan filmnya bakal dibagi dua, hati ini gelisah. Ah, ini sih cara
Hollywood untuk sebisa mungkin memperpanjang umur film franchise
yang terbukti menguntungkan mereka. Para eksekutif Hollywood itu pasti
berpikir, “Hei, kenapa kita tak bagi saja filmnya jadi dua agar makin
untung. Penonton yang ingin tahu lanjutan filmnya pasti menonton lagi
akhir kisahnya.” Masalahnya, novel Breaking Dawn yang maha
tebal itu sebenarnya inti kisahnya sederhana saja: Bella dan Edward
akhirnya menikah, lalu Bella hamil, dan janin hasil perkawinan
vampir-manusia itu menggerogoti Bella dari dalam tubuhnya. Setelah
proses melahirkan yang berdarah-darah, Edward harus menyelamatkan sang
istri dengan menjadikannya sesosok vampir. Setelah bayinya lahir, putri
Bella-Edward masih terancam oleh keluarga vampir Volturi. Kisah itu,
sebetulnya cukup disajikan tak sampai 50 menit. Namun, karena memang
dari sananya sudah diniatkan jadi dua film, bagian yang ini harus jadi
satu film sendiri. Di sini masalahnya. Akhirnya segala hal menjadi
berpanjang-panjang. Adegan pernikahan harus seromantis mungkin
selayaknya di panggung teater. Persoalan kehamilan Bella dikesankan
sangat genting jadi perhatian semua orang. Akhirnya, terutama bagi non
penggemar Twilight, filmnya terkesan lebay. Ya, Breaking Dawn Part 1 mungkin hanya bisa dinikmati penggemar sejati.
2. Eclipse (2010)
Eclipse
melanjutkan cerita cinta segi tiga antara Edward, Bella, dan Jacob. Hati
Bella masih terbagi. Sementara itu, vampir jahat Victoria (Bryce Dallas
Howard) diam-diam menghimpun kekuatan dengan membentuk pasukan vampir
baru untuk membinasakan Bella, sebagai balas dendam terhadap perlakuan
Edward. Bagi penggemar Twilight, ada satu adegan yang sangat
ingin dilihat, kejadian yang berlangsung di tenda. Waduh, baru kelihatan
tendanya saja, teriakan histeris menggema di bioskop saat tabloid ini
nonton bareng filmnya bersama komunitas Twilight Nusantara
waktu itu. Digarap David Slade, kami menulis waktu itu, Eclipse
menampakkan sosok vampir yang lebih sesuai dengan buku. Tidak berlebihan
sebagaimana di New Moon yang bertaburan bedak. Eclipse juga menjanjikan
cerita yang lebih dinamis dibandingkan New Moon yang monoton. Misteri dan ketegangan yang ada di Eclipse juga lebih terasa, kata majalah Teen. Dan, oh, siapa yang bisa lupa waktu Jacob bilang begini pada Edward: “Let’s face it. I’m hotter than you!”
1. Breaking Dawn – Part 2 (2012)
“Save the best for last”, begitu ungkapan yang tepat bagi franchise Twilight.
Film pamungkas menjadi penutup yang sempurna. Tidak hanya bagi
fans—yang tentu bakal suka apapun hasil akhir filmnya—film terakhir ini
juga disukai non-fans. Mungiin lantaran pada dasarnya, konflik yang
diceritakan filmnya tinggal sedikit, yakni bagaimana nasib Renesmee,
putri Bella dan Edward, hingga sineasnya lebih leluasa bereksplorasi
bahkan membelokkan cerita di luar kisah aslinya. Keputusan menyuguhkan
peperangan yang seru tapi nggak tahunya cuma berlangsung dalam pikiran,
mungkin bagi sebagian orang akan merasa tertipu. Tapi, ini sebetulnya
langkah cerdas dan membuat filmnya tak melulu pamer kemesraan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rabu, 16 Januari 2013
Terburuk sampai Terbaik.. Cekidot!!
5. New Moon (2009)
Kenapa New Moon dianggap yang terburuk dari semua film Twilight? Well, dari mana filmnya berasal, novel kedua Twilight, kerap dianggap novel yang palng lemah di antara empat serinya. Isinya melulu rasa galau Bella yang merana karena ditinggal Edward entah kemana. Ayo, kamu juga lelah 'kan waktu membacanya dulu? Ulasan filmnya di majalah Teen menyebut “terselip kekecewaan” pada film ini. New Moon bukan seri pertama Twilight, tapi kenapa oh, kenapa Stewart dan Pattinson belum mampu juga memperlihatkan chemistry cinta yang begitu hebat dan rasa sakit yang sangat dalam karena karakter yang mereka perankan berpisah berbulan-bulan? Stewart nggak banyak membantu dalam membagun emosi depresi dan rasa kehilangan Bella. Di film kedua Twilight ini, Stewart dikatakan belum menghayati karakter Bella sepenuhnya.
4. Twilight (2008)
Film pertama Twilight sebetulnya lebih dikesankan sebagai film perkenalan pada kisahnya. Skenario yang ditulis Melissa Rosenberg tergolong setia pada cerita aslinya. Meski beberapa hal diringkas, sentuhan romantisnya tidak hilang. Kita diminta membiasakan diri melihat vampir romantis berwajah pucat. Saking romantisnya, tabloid ini menulis wakitu itu, adegan pergulatan yang berlangsung seru malah terlihat biasa-biasa saja. Hehehe... Meski begitu, tulis kami, Catherine Hardwicke pandai menerjemahkan ke dalam layar. Penonton bisa merasakan cinta Bella terhadap Edward, demikian pula sebaliknya. Ya, siapa yang tak merasakan aura romantisme saat melihat Bella dan Edward bercengkrama di atas dahan pohon yang tinggi. Tak pelak, Hardwicke telah menciptakan pondasi dari sebuah franchise yang di kemudian hari bernilai miliaran dollar AS.
3. Breaking Dawn – Part 1 (2011)
Sejak diumumkan filmnya bakal dibagi dua, hati ini gelisah. Ah, ini sih cara Hollywood untuk sebisa mungkin memperpanjang umur film franchise yang terbukti menguntungkan mereka. Para eksekutif Hollywood itu pasti berpikir, “Hei, kenapa kita tak bagi saja filmnya jadi dua agar makin untung. Penonton yang ingin tahu lanjutan filmnya pasti menonton lagi akhir kisahnya.” Masalahnya, novel Breaking Dawn yang maha tebal itu sebenarnya inti kisahnya sederhana saja: Bella dan Edward akhirnya menikah, lalu Bella hamil, dan janin hasil perkawinan vampir-manusia itu menggerogoti Bella dari dalam tubuhnya. Setelah proses melahirkan yang berdarah-darah, Edward harus menyelamatkan sang istri dengan menjadikannya sesosok vampir. Setelah bayinya lahir, putri Bella-Edward masih terancam oleh keluarga vampir Volturi. Kisah itu, sebetulnya cukup disajikan tak sampai 50 menit. Namun, karena memang dari sananya sudah diniatkan jadi dua film, bagian yang ini harus jadi satu film sendiri. Di sini masalahnya. Akhirnya segala hal menjadi berpanjang-panjang. Adegan pernikahan harus seromantis mungkin selayaknya di panggung teater. Persoalan kehamilan Bella dikesankan sangat genting jadi perhatian semua orang. Akhirnya, terutama bagi non penggemar Twilight, filmnya terkesan lebay. Ya, Breaking Dawn Part 1 mungkin hanya bisa dinikmati penggemar sejati.
2. Eclipse (2010)
Eclipse melanjutkan cerita cinta segi tiga antara Edward, Bella, dan Jacob. Hati Bella masih terbagi. Sementara itu, vampir jahat Victoria (Bryce Dallas Howard) diam-diam menghimpun kekuatan dengan membentuk pasukan vampir baru untuk membinasakan Bella, sebagai balas dendam terhadap perlakuan Edward. Bagi penggemar Twilight, ada satu adegan yang sangat ingin dilihat, kejadian yang berlangsung di tenda. Waduh, baru kelihatan tendanya saja, teriakan histeris menggema di bioskop saat tabloid ini nonton bareng filmnya bersama komunitas Twilight Nusantara waktu itu. Digarap David Slade, kami menulis waktu itu, Eclipse menampakkan sosok vampir yang lebih sesuai dengan buku. Tidak berlebihan sebagaimana di New Moon yang bertaburan bedak. Eclipse juga menjanjikan cerita yang lebih dinamis dibandingkan New Moon yang monoton. Misteri dan ketegangan yang ada di Eclipse juga lebih terasa, kata majalah Teen. Dan, oh, siapa yang bisa lupa waktu Jacob bilang begini pada Edward: “Let’s face it. I’m hotter than you!”
1. Breaking Dawn – Part 2 (2012)
“Save the best for last”, begitu ungkapan yang tepat bagi franchise Twilight. Film pamungkas menjadi penutup yang sempurna. Tidak hanya bagi fans—yang tentu bakal suka apapun hasil akhir filmnya—film terakhir ini juga disukai non-fans. Mungiin lantaran pada dasarnya, konflik yang diceritakan filmnya tinggal sedikit, yakni bagaimana nasib Renesmee, putri Bella dan Edward, hingga sineasnya lebih leluasa bereksplorasi bahkan membelokkan cerita di luar kisah aslinya. Keputusan menyuguhkan peperangan yang seru tapi nggak tahunya cuma berlangsung dalam pikiran, mungkin bagi sebagian orang akan merasa tertipu. Tapi, ini sebetulnya langkah cerdas dan membuat filmnya tak melulu pamer kemesraan.
Kenapa New Moon dianggap yang terburuk dari semua film Twilight? Well, dari mana filmnya berasal, novel kedua Twilight, kerap dianggap novel yang palng lemah di antara empat serinya. Isinya melulu rasa galau Bella yang merana karena ditinggal Edward entah kemana. Ayo, kamu juga lelah 'kan waktu membacanya dulu? Ulasan filmnya di majalah Teen menyebut “terselip kekecewaan” pada film ini. New Moon bukan seri pertama Twilight, tapi kenapa oh, kenapa Stewart dan Pattinson belum mampu juga memperlihatkan chemistry cinta yang begitu hebat dan rasa sakit yang sangat dalam karena karakter yang mereka perankan berpisah berbulan-bulan? Stewart nggak banyak membantu dalam membagun emosi depresi dan rasa kehilangan Bella. Di film kedua Twilight ini, Stewart dikatakan belum menghayati karakter Bella sepenuhnya.
4. Twilight (2008)
Film pertama Twilight sebetulnya lebih dikesankan sebagai film perkenalan pada kisahnya. Skenario yang ditulis Melissa Rosenberg tergolong setia pada cerita aslinya. Meski beberapa hal diringkas, sentuhan romantisnya tidak hilang. Kita diminta membiasakan diri melihat vampir romantis berwajah pucat. Saking romantisnya, tabloid ini menulis wakitu itu, adegan pergulatan yang berlangsung seru malah terlihat biasa-biasa saja. Hehehe... Meski begitu, tulis kami, Catherine Hardwicke pandai menerjemahkan ke dalam layar. Penonton bisa merasakan cinta Bella terhadap Edward, demikian pula sebaliknya. Ya, siapa yang tak merasakan aura romantisme saat melihat Bella dan Edward bercengkrama di atas dahan pohon yang tinggi. Tak pelak, Hardwicke telah menciptakan pondasi dari sebuah franchise yang di kemudian hari bernilai miliaran dollar AS.
3. Breaking Dawn – Part 1 (2011)
Sejak diumumkan filmnya bakal dibagi dua, hati ini gelisah. Ah, ini sih cara Hollywood untuk sebisa mungkin memperpanjang umur film franchise yang terbukti menguntungkan mereka. Para eksekutif Hollywood itu pasti berpikir, “Hei, kenapa kita tak bagi saja filmnya jadi dua agar makin untung. Penonton yang ingin tahu lanjutan filmnya pasti menonton lagi akhir kisahnya.” Masalahnya, novel Breaking Dawn yang maha tebal itu sebenarnya inti kisahnya sederhana saja: Bella dan Edward akhirnya menikah, lalu Bella hamil, dan janin hasil perkawinan vampir-manusia itu menggerogoti Bella dari dalam tubuhnya. Setelah proses melahirkan yang berdarah-darah, Edward harus menyelamatkan sang istri dengan menjadikannya sesosok vampir. Setelah bayinya lahir, putri Bella-Edward masih terancam oleh keluarga vampir Volturi. Kisah itu, sebetulnya cukup disajikan tak sampai 50 menit. Namun, karena memang dari sananya sudah diniatkan jadi dua film, bagian yang ini harus jadi satu film sendiri. Di sini masalahnya. Akhirnya segala hal menjadi berpanjang-panjang. Adegan pernikahan harus seromantis mungkin selayaknya di panggung teater. Persoalan kehamilan Bella dikesankan sangat genting jadi perhatian semua orang. Akhirnya, terutama bagi non penggemar Twilight, filmnya terkesan lebay. Ya, Breaking Dawn Part 1 mungkin hanya bisa dinikmati penggemar sejati.
2. Eclipse (2010)
Eclipse melanjutkan cerita cinta segi tiga antara Edward, Bella, dan Jacob. Hati Bella masih terbagi. Sementara itu, vampir jahat Victoria (Bryce Dallas Howard) diam-diam menghimpun kekuatan dengan membentuk pasukan vampir baru untuk membinasakan Bella, sebagai balas dendam terhadap perlakuan Edward. Bagi penggemar Twilight, ada satu adegan yang sangat ingin dilihat, kejadian yang berlangsung di tenda. Waduh, baru kelihatan tendanya saja, teriakan histeris menggema di bioskop saat tabloid ini nonton bareng filmnya bersama komunitas Twilight Nusantara waktu itu. Digarap David Slade, kami menulis waktu itu, Eclipse menampakkan sosok vampir yang lebih sesuai dengan buku. Tidak berlebihan sebagaimana di New Moon yang bertaburan bedak. Eclipse juga menjanjikan cerita yang lebih dinamis dibandingkan New Moon yang monoton. Misteri dan ketegangan yang ada di Eclipse juga lebih terasa, kata majalah Teen. Dan, oh, siapa yang bisa lupa waktu Jacob bilang begini pada Edward: “Let’s face it. I’m hotter than you!”
1. Breaking Dawn – Part 2 (2012)
“Save the best for last”, begitu ungkapan yang tepat bagi franchise Twilight. Film pamungkas menjadi penutup yang sempurna. Tidak hanya bagi fans—yang tentu bakal suka apapun hasil akhir filmnya—film terakhir ini juga disukai non-fans. Mungiin lantaran pada dasarnya, konflik yang diceritakan filmnya tinggal sedikit, yakni bagaimana nasib Renesmee, putri Bella dan Edward, hingga sineasnya lebih leluasa bereksplorasi bahkan membelokkan cerita di luar kisah aslinya. Keputusan menyuguhkan peperangan yang seru tapi nggak tahunya cuma berlangsung dalam pikiran, mungkin bagi sebagian orang akan merasa tertipu. Tapi, ini sebetulnya langkah cerdas dan membuat filmnya tak melulu pamer kemesraan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar